Gerakan ini dimulai pada bulan Maret 2017, dimana terjadi banjir dan longsor yang memutus jalan lintas propinsi Sumatera Barat dan Riau, yang berakibat 2000 orang mengungsi, 8 kec & 13 nagari terendam.
Ditelusuri hal ini merupakan dampak dari pembangunan PLTA Koto Panjang yang dimulai pada tahun 1979 yang memerlukan relokasi dan penenggelaman area 2.644 rumah; 8.989 ha kebun-sawah; jalan negara 25,3 km dan jalan propinsi 27,2 km. Tidak terkejarnya stabiliasi lingkungan dan efek dari pemanasan global menjadikan hal ini semakin menjadi ancaman setiap tahunnya. Diperparah lagi oleh perubahan peruntukan kawasan oleh warga menjadi kebun sawit.
Aksi ini yang pada awalnya dilakukan untuk menolong mangsa banjir dan pemulihan, dirasa perlu untuk dikembangkan menjadi aksi restorasi lingkungan DAS dan hulu. Kami mengajak kawan-kawan untuk berpartisipasi dalam waqaf pohon penahan.